Mati Syahid Dalam Pandemi Virus Covid 19

Mati Syahid dalam Pandemi Virus Corona
Di tengah berkecamuknya berita-berita tentang Covid-19, yang membuat panik dan pusing, saya ingin menulis dari perspektif yang berbeda, yang insya Allah akan menenangkan, menambah keimanan, namun tetap dalam ikhtiar terbaik melawan Virus Corona ini.
Marilah pertama kita renungkan hadits shahih sbb : 
‎عن عائشة أم المؤمنين رضي الله عنها قالت : سألتُ رسولَ اللهِ ﷺ عن الطاعونِ ، فأخبَرَني رسولُ اللهِ ﷺ: أنَّه كان عَذابًا يَبعَثُه اللهُ على مَن يَشاءُ، فجعَلَه رَحمةً للمُؤمِنينَ
Dari A’isyah Ummul Mukminin ra, Beliau berkata:  Saya pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang tha’un (wabah penyakit), lalu Rasulullah saw memberitahukan kepadaku bahwa wabah itu adalah siksa yang dikirim Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Dia menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang beriman
Rasulullah SAW memberitahukan bahwa wabah adalah siksa yang dikirim Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, saya rasa hal ini bisa mudah kita pahami. Namun lanjutannya bahwa wabah ini dijadikan Allah sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman, bukankah ini agak susah dipahami..?
Kalaupun kita bisa memahami, sudahkah kita merasakan dan menghayati bahwa wabah ini adalah rahmat dan kasih sayang Allah SWT?
Jika belum bisa memahami, yuk baca terus ya pelan-pelan. Saya berusaha menulis dengan ringkas dan jelas.
Rahasia bahwa wabah ini merupakan rahmat Allah SWT akan lebih mudah dipahami jika kita melanjutkan teks haditsnya.
‎فليس مِن رَجُلٍ يَقَعَ الطاعونُ فيَمكُثُ في بَيتِه صابرًا مُحتَسِبًا يَعلَمُ أنَّه لا يُصيبُه إلّا ما كَتَبَ اللهُ له إلّا كان له مِثلُ أجْرِ الشَّهيدِ
“...Siapa yang menghadapi wabah lalu dia bersabar dengan tinggal di dalam rumahnya seraya bersabar dan ikhlas sedangkan dia mengetahui tidak akan menimpanya kecuali apa yang telah ditetapkan Allah kepadanya, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mati syahid”. Hadits Riwayat Imam Ahmad. Terdapat pula dalam Shahih Bukhari dengan sedikit perbedaan teks, yakni فيمكث في بيته menjadi فيمكث في بلده.
Lanjutan hadits ini menjelaskan, siapa yang berada dalam kepungan wabah, kemudian dia beriman, Ridho dengan kehendak Allah SWT, tidak mengeluh dan berprasangka buruk kepada Allah. Dan selanjutnya Ia melakukan tindakan yang benar dengan tidak memperparah penyebaran wabah, yakni dengan tetap tinggal di rumah (atau di wilayah wabah), dan tidak keluar rumah yang menyebabkan penyebaran wabah, maka ia mendapat pahala mati syahid.
Bahkan Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan dalam kitab Fathul Bari, siapapun yang melakukan hal di atas akan diberi pahala syahid walaupun ia tidak mati.
Hal ini diperkuat lagi dengan hadits yang lain, yaitu :
‎الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Syuhada' (orang yang mati syahid) ada lima; yaitu orang yang terkena wabah penyakit Tha'un, orang yang terkena penyakit perut, orang yang tenggelam, orang yang tertimpa reruntuhan bangunan dan yang mati syahid (dalam perang) di jalan Allah. (HR Bukhori Muslim).
Rezeki dan segala kemuliaan mati syahid tidak mudah diperoleh karena kita tinggal di negeri yang aman bukan dalam keadaan perang. Maka, orang yang beriman yang meninggal karena wabah, ia sangat beruntung karena mendapat kemuliaan dan pahala mati syahid. Bahkan, orang yang terus bertahan di rumah untuk mencegah penyebaran yang makin meluas pun dinilai sebagai amal yang bernilai syahid, meskipun ia tidak mati.
Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani dalam kitab Bazlul Ma’un fi fadhlit Tha’uun hal 200, menyebutkan ada lima syarat untuk mendapatkan pahala syahid dalam kondisi wabah, yaitu :
1. Tidak keluar dari wilayah atau rumah tempat terjadinya wabah (prinsip karantina)
2. Berdiam diri di rumah dengan niat mendapat pahala dari Allah dan yakin akan janji-Nya
3. Dia benar-benar yakin apabila wabah menimpanya, bahwa itu hanya semata-mata taqdir Allah kepadanya, dan apabila dia tidak terkena wabah dia yakin bahwa itu juga karena taqdir Allah
4. Tidak panik, keluh kesah dan menyesali diri apabila dia terkena wabah apalagi kalau dia selamat
5. Hanya semata-mata menyandarkan diri kepada Allah sambil berikhtiar maksimal dalam kondisi sehat dan sakitnya. 
Jika memenuhi 5 (lima) syarat di atas, maka akan mendapatkan pahala syahid, yang mendapatkan keutamaan dan pahala yang sangat besar. 
Inilah yang dimaksud bahwa pada wabah ini ada rahmat bagi orang yang beriman. Semoga dengan memahami hal ini, kita bisa tetap tenang dan tersenyum menghadapi wabah ini.
Jika kita menghadapi wabah ini dengan benar walau dalam keadaan pasif saja (berdiam di rumah), sudah dicatat sebagai amal bernilai syahid, apalagi bagi yang berperan aktif seperti yang dilakukan para dokter, perawat dan relawan, yang bisa jadi sangat diperlukan seiring dengan semakin banyaknya pasien yang terinfeksi, tentu nilai pahalanya jauh lebih besar lagi. Pemahaman ini menjadi motivasi yang dahsyat. Maka para dokter, perawat dan relawan muslim memiliki motivasi yang luar biasa, bahkan tidak segan menanggung risiko tertular dalam menjalankan tugas, karena yang mereka lakukan bernilai jihad dan syahid di jalan Allah.
Demikian juga, orang-orang yang menginfakkan hartanya, waktunya, kerja keras dan perhatiannya untuk membantu orang-orang yang terkena wabah, maupun membantu paramedis yang kekurangan sarana prasarana, seperti masker, sanitizer dan Alat Pelindung Diri (APD), akan mendapatkan pahala yang sangat besar, sebagaimana hadits Rasulullah SAW :
“Siapa yang mendanai orang yang berperang di jalan Allah, berarti dia juga ikut berperang. Dan siapa yang mengurusi keluarga orang yang sedang berperang dengan baik, berarti dia juga ikut berperang.” (HR Bukhari).
Artinya, jika kita membantu mendanai para medis dan relawan yang berjuang di garda terdepan maka kita akan mendapat pahala seperti mereka. Inilah saatnya infak sedekah kita bernilai sangat tinggi di sisi Allah SWT karena membantu menolong banyak nyawa yang bisa binasa karena keterbatasan sarana prasarana.
Masa pandemi Covid-19 ini bisa jadi akan berlangsung panjang. Dampak ekonomi akan terasa sangat berat. Banyak orang yang akan kehilangan mata pencaharian. Para ustad yang penghasilannya mengandalkan ceramah, akan kehilangan penghasilannya. Orang yang bergerak di sektor travel baik umroh haji maupun wisata, akan kehilangan penghasilannya, dan banyak lagi yang lainnya. Sudah saatnya saat kini, solidaritas dan kepedulian sosial harus kita wujudkan. Coba kita tengok kerabat dan tetangga kanan kiri depan belakang, yang hidupnya bertambah sulit dengan adanya pandemi ini. 
Mari kita hadapi hari-hari wabah pandemi Covid 19 ini dengan tetap tersenyum, namun disiplin mencegah penyebaran, dan berupaya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, ummat, bangsa dan negara. Minimal setidaknya kita tidak menjadi sarana penularan bagi orang lain. Semoga setelah wabah ini berlalu, kita mendapatkan rahmat, ridho dan kasih sayang Allah SWT. Aamiin.
Oleh Agung Yulianto

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mati Syahid Dalam Pandemi Virus Covid 19"

Posting Komentar

Berkomentar sesuai apa yang dibahas, komentar yang baik mudah-mudahan dapat sesuatu yang baik juga buat anda.